
gemakeadilan.com
- Bidang Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Diponegoro 2022 dan Plastic
Free Ocean Network (PFON) cabang Semarang berkolaborasi untuk mengadakan
kegiatan gotong royong membersihkan pantai dalam Environment on Strike: Gerakan Undip Sisir Pantai (GERUS) untuk
memperingati World Clean Up Day. Kegiatan
ini disertai pula oleh BEM dari seluruh fakultas Universitas Diponegoro, Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Sosial, dan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi
(Kamadiksi). Secara garis besar, kegiatan ini diadakan sebagai upaya untuk
menumbuhkan kepedulian mahasiswa terhadap pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan.
Sebelum kegiatan pemungutan sampah di pantai dilangsungkan,
terdapat kegiatan pra-acara berupa sharing
session dan technical meeting
untuk relawan pada Minggu (4/09) yang berlangsung melalui zoom meeting. Kemudian, kegiatan pembersihan sampah di pantai berlangsung
dalam 3 kloter. Kloter pertama diselenggarakan pada Sabtu (10/09) di Pantai
Tirang, diikuti oleh BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), BEM
Fakultas Sains dan Matematika (FSM), BEM Fakultas Ilmu Budaya (FIB), BEM
Fakultas Psikologi (FPSI), UKM Peduli Sosial, dan Kamadiksi Undip. Kloter kedua
dilaksanakan pada Minggu (18/09) di Pantai Cipta, diikuti oleh BEM Sekolah
Vokasi (SV), BEM Fakultas Teknik (FT), BEM Fakultas Kedokteran (FK), BEM
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), serta BEM Fakultas Peternakan dan
Pertanian (FPP). Kemudian kloter terakhir akan diadakan pada Sabtu (24/09) di
Pantai Baruna. Untuk peserta kloter ketiga, penyelenggara membuka registrasi
peserta dari tanggal 25 sampai dengan 30 Agustus bagi mahasiswa Undip yang
berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan GERUS. Dari sekitar 200 pendaftar,
hanya 55 relawan yang terpilih.
Kegiatan kloter kedua dibuka dengan sambutan dari Ketua
Pelaksana GERUS 2022, Ketua Divisi Konservasi dan Kebencanaan Bidang Lingkungan
Hidup BEM Undip, serta Koordinator PFON Semarang. Acara dilanjutkan dengan
pendataan sampah di bibir pantai yang dilakukan dengan metode CSIRO. Mekanisme
metode yang diadopsi dari Australia ini dilakukan dengan membagi bagian bibir
pantai menjadi 3 atau lebih transek, dengan jarak di antara satu transek dan
lainnya sejauh 20 sampai 50 meter. Kemudian, sampel diambil dari setiap transek
dari sampah yang didata dari 1 meter ke kanan dan 1 meter ke kiri. Metode ini
dipilih oleh penyelenggara karena setelah melakukan pelatihan dan brainstorming soal mekanisme pendataan
sampel dari sampah di bibir pantai, data yang dihasilkan dari metode ini
dianggap paling efektif dan akurat.
Setelah melakukan pendataan sampah, Koordinator Lapangan
Acara mengarahkan peserta kegiatan untuk melaksanakan kegiatan pemungutan
sampah untuk di area sepanjang pantai. Sampah yang diambil disortir lagi
menjadi beberapa kategori, yaitu Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), botol
plastik, plastik produk, kantong plastik, kain, kaca, karet, dan sedotan.
Sampah yang telah dikategorikan akan ditimbang sebelum diangkut oleh Dinas
Lingkungan Hidup (DLH). Kegiatan GERUS kloter kedua pun ditutup dengan sesi
dokumentasi dan ishoma.
Fajar Kurniawan selaku Kepala Divisi Konservasi Kebencanaan
dari BEM mengutarakan harapannya bahwa kegiatan GERUS ini dapat melestarikan
dan menjaga lingkungan sekitar khususnya di daerah pantai, secara khusus untuk
meningkatkan kepedulian mahasiswa bagi lingkungan pesisir.
“Harapannya dengan adanya kegiatan ini, kita dapat belajar
bersama mengenai pendataan sampah laut dengan menggunakan metode CSIRO dan kita
semua dapat semakin aware terhadap
lingkungan sekitar mulai dari sekop terkecil, seperti halnya pesisir di wilayah
Semarang ini.” terang Fajar.
Reporter: Widyani Putri, Aqila Salsabilla
Penulis: Vanya Jasmine
Editor: Adri Siregar
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi Reporter